Monday, 24 October 2016

SAAT MENARI TAK LAGI SEKEDAR HOBI

2:05 pm

Share it Please
Saya suka menari semenjak TK.

Apa istimewanya? Bukannya anak-anak TK memang hanya menari dan menyanyi saja?

Memang, tapi dengan mengenalkan tari atau mengajarkan menari sejak dini sangat bagus untuk fisik dan kesehatan anak. Tubuh anak menjadi lebih lentur, koordinasi pikiran dan gerakannya lebih terkontrol, menghindari kegemukan atau obesitas pada anak. Bisa melatih disiplin juga meningkatkan kreatifitas dan kepercayaan diri anak.

Mungkin itu juga yang membuat saya menjadi orang yang over pede.

Saya ikut sanggar tari saat kelas 2 atau 3 SD, tepatnya saya lupa. Memasuki usia SMP, saya pindah sanggar tari karena sanggar yang lama sudah tutup. Saat itu, pengajarnya mahasiswa seni tari, laki-laki, yang kemudian mengajar di SMP saya. Seni tari pulak.

Tapi, jaman dulu, hm, berasa kayak jaman purba, menari hanya merupakan salah satu kegiatan mengisi waktu di luar kegiatan sekolah. Dan biasanya saya akan pentas di sekitar lingkungan terdekat saja. Sekolah, lingkungan kelurahan atau paling mentok tingkat kecamatan.

Dengan mengikuti sanggar tari pun tidak banyak membantu kami para remaja di era itu, menjadi penari profesional atau pun hanya sekedar mengikuti lomba. Meski pun sanggar tarinya paling terkenal dan bagus di kota saya.  Sepertinya memang tidak diarahkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Kalau mau meneruskan jadi penari ya monggo, kalau tidak nggih sampun. Pada akhirnya, remaja anggota sanggar tari hanya sekedar pintar menari dan saya yakin, teman seangkatan saya yang dulu ikut sanggar sekarang pasti lupa tarian apa yang pernah dipelajarinya.

Saya pikir, ini mungkin menjadi salah satu penyebab saya sering sering sakit pinggang, karena menari kan juga olahraga. Dan ternyata ini salah satu hal yang bisa mencegah rematik pada orang dewasa dan kepikunan pada manula.

Ini berbalik dengan kondisi sekarang.

Di mana anak saya, yang baru lebih kurang 3 bulan menjadi anggota sanggar, harus mengikuti ujian untuk kenaikan tingkat. Harusnya setiap 6 bulan atau 1 masa semester, semua anak wajib ikut ujian. Tapi karena anak saya dianggap mampu ikut ujian, jadi diperbolehkan.

Jaman dulu?

Boro-boro ujian kenaikan tingkat, evaluasi saja sepertinya tidak ada. Saat mau pentas pun, sanggar tidak ikut cawe-cawe. Kami mengurus semuanya sendiri. Malah, seingat saya, saya dan teman sering pentas justru di luar kegiatan sanggar. Kegiatan sekolah yang lebih sering, karena ada acara perpisahan sekolah.  

Lusa, anak saya akan ujian menari. Dan untuk itu, dia harus punya asesoris sendiri. Beli tentu saja. Ini berbeda lagi dengan jaman saya dulu, yang selalu sibuk mencari pinjaman atau sewaan perlengkapan menari sebelum pentas.

Gbr. milik Ayodya Pala Tapos

Dan asesoris itu akan dipakai sepanjang anak saya akan terus pentas menari. Artinya ini adalah investasi. Bahwa menari tidak akan sekedar jadi hobi. Tapi bisa menjadi pilihan profesi sejak dini. Saya rasa ini malah lebih bagus karena anak terarah untuk lebih tahu apa yang akan dilakukannya di tahun-tahun mendatang.

Gbr. milik Ayodya Pala Tapos

Gbr. milik Ayodya Pala Tapos

Saat saya mengikutkan anak ke sanggar tari, tidak pernah terpikir akan hal ini. Dalam benak saya, hanya sekedar menyalurkan hobi karena anak saya cukup luwes menari. Tapi ternyata, banyak hal bisa dilakukan dengan mengikuti sanggar.

No 935 - Kila
Saya jadi seperti belajar lagi. Apalagi dengan melihat asesoris yang wajib dimiliki.
Sempat berpikir untuk berlatih menari lagi. Tapi kali ini supaya body lentur dan gak gampang kena rematik lagi!


0 komentar:

Post a Comment